LAMAN

Minggu, 19 Januari 2014

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANTAR BUDAYA YANG KOMPREHENSIF

Pendahuluan
            Sebagai seorang pribadi, masing-masing manusia mempunyai budaya yang dianut dan laksanakan setiap harinya. Indonesia dengan latar belakang berbagai suku dan budaya mempunyai komunikasi antar budaya di dalam lingkungan ke-Indonesia-an yang khas yang sudah terjalin sejak jama dulu. Seiring dengan terbukanya dunia dan gencarnya arus informasi yang mengarah kepada globalisasi, mau tidak mau Indonesia harus ikut terlibat dan bergaul dengan budaya-budaya dari negara lain. Untuk dapat bergaul dan bekerja sama dengan negara lain maka masyarakat Indoenesia harus mampu memahami dan mengerti budaya lain yang berkembang, terutama budaya negara-negara yang berhubungan erat dengan Indonesia. Dengan memahami budaya lain tersebut diharapkan pergaulan dan kerjasama antara Indonesia dengan negara lain tersebut dapat terjalin lebih erat dan saling menguntungkan.
Globalisasi juga menuntut dan menyebabkan terjadinya persaingan bebas antar negara, hal tersebut juga tentunya melibatkan persaingan antar budaya masing-masing negara atau kawasan. Sebagai bangsa Indonesia apabila tidak ingin tertinggal dan mampu tetap bersaing dengan negara lain, maka harus memahami dan mengerti budaya lain dengan tetap teguh mempertahankan budaya sendiri. Masyarakat Indonesia harus mengetahui, mengerti dan memahami budaya lain sehingga mampu bergaul, bekerjasama dan bersaing dengan negara lain.
Untuk itu diperlukan pendidikan antar budaya yang komprehensif yang baik sehingga diharapkan nantinya masyarakat Indonesia benar-benar paham terhadap budaya lain dan tau cara menghadapinya dan mampu bergaul sejajar dengan bangsa-bangsa lain dari berbagai negara.

Kajian Budaya
            Dalam pendidikan budaya yang kompresehensif diperlukan kajian budaya yang komprehensif. Kajian budaya adalah bidang yang majemuk dengan perspektif dan produksi teori yang kaya dan beraneka ragam. Dalam ranah keilmuan para pengkaji budaya meyakini bahwa tidaklah mudah untuk menentukan batas-batas dan wilayah-wilayah kajian budaya secara khas dan komprehensif. Karena wilayah kajian budaya bersifat multidisipliner/ interdisipliner atau pascadisipliner sehingga mengaburkan batas-batas antara dirinya dengan subyek-subyek lain.
Maka merupakan pekerjaan rumit dan butuh keseriusan yang mendalam untuk dapat menguraikan kajian budaya secara komprehensif, apalagi menentukan wilayah pokok penyelidikan intelektual dan argumen-argumen utamanya. Permasalahan inilah yang coba dipaparkan dan dijawab oleh Chris Barker, lewat bukunya yang semula berjudul "Cultural Studies: Theory and Practice" ia ingin menguraikan secara komprehensif tentang kajian budaya, termasuk ringkasan dan pembahasan mengenai argumen-argumen utama dan wilayah-wilayah pokok penyelidikan intelektualnya.
Bagi Barker menguraikan kajian budaya secara komprehensif berarti melakukan kontruksi terhadap kajian budaya. Melakukan konstruksi dalam hal ini dimaknai mereproduksi dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan kajian budaya, baik berupa teks-teks tentang kajian budaya maupun teori-teori yang layak disebut sebagai kajian budaya atau yang mempengaruhi kajian budaya.
Dalam menguraikan dan membahas kajian budaya Barker menggunakan versi yang benar-benar berbeda dibanding dengan para pengkaji budaya lainnya. Ia konsen pada teori-teori pascastrukturalisme terutama tentang bahasa, representasi, makna, dan subyektivitas. Tidak seperti kajian budaya versi lainnya yang lebih banyak berkutat pada wilayah etnografi, peristiwa-peristiwa hidup atau kebijakan budaya. Dimana Barker menggunakan tiga kategori untuk menguraikan kajian budaya versinya yaitu menentukan dan mengkaji dasar-dasar kajian budaya, perubahan konteks kajian budaya dan situs-situs kajian budaya.
Kajian Budaya menurut Barker adalah mengkaji kebudayaan sebagai "praktik-praktik pemaknaan" dalam konteks kekuasaan sosial (hal.45). Dengan mengajukan berbagai pertanyaan mengenai pemaknaan yaitu bagaimana peta-peta makna diciptakan dalam kebudayaan? yang kemudian menjadi sekumpulan praktik pemkanaan, melacak makna-makna apa saja yang disirkulasikan?, oleh siapa?, untuk siapa?, dengan tujuan apa?, dan atas kepentingan apa?.
Sementara dalam ranah praktiknya kajian budaya menggunakan beberapa metodologi (dengan pendekatan etnografi, tekstual, dan resepsi yang eklektis) dengan berkutat pada ide-ide kunci seperti budaya, praktik pemaknaan, representasi, wacana, kekuasaan, artikulasi, teks dan sebagainya. Dengan mengadopsi berbagai teori baik yang layak disebut sebagai kajian budaya maupun yang berpengaruh besar terhadap kajian budaya seperti marxisme, strukturalisme, pasca strukturalisme, kulturalisme, feminisme, psikoanalisis dan sebagainya.
Menurut Barker kajian budaya memberi perhatian khusus terhadap budaya (sebagai bagian konsep kunci), dimana budaya sangatlah erat kaitannya dengan makna-makna sosial yang dimunculkan lewat tanda yang disebut "bahasa". Bahasa berperan memberi makna pada objek-objek material dan praktik sosial yang menjadi tampak bisa dipahami karena adanya bahasa, dan proses produksi makna ini kemudian disebut dengan "praktik-praktik pemaknaan"
Sementara dalam representasi, kajian budaya meraih pertanyaan mengenai bagaimana dunia dikonstruksi dan disajikan secara sosial. Untuk mengetahui secara teoritis bagaimana hubungan antar komponen dalam sebuah formasi sosial kajian budaya menggunakan konsep artikulasi. Dan kekuasaan menjadi alat yang menentukan level sebuah hubungan sosial. Teks dan pembaca dalam kajian budaya tidak hanya dimaknai sebatas teks-teks tertulis, walaupun ini juga bagian kajian budaya namun pada seluruh praktik pemaknaan yang disebut dengan teks-teks kultural seperti citra, bunyi, benda, aktivitas dan sebgainya karena hal itu dianggap juga mengandung sistem-sistem yang sama dengan mekanisme bahasa.
Selain itu identitas juga menjadi konsep kunci dalam kajian budaya, dengan identitas kajian budaya berusaha mengeksplorasi diri kita kini, bagaimana diproduksi sebagai subjek, bagaimana subyek tersebut diidentifikasi dengan melakukan panilaian baik bersifat fisik maupun lainnya seperti melalui kelamin, ras, usia mapun warna kulit. Serta masih banyak konsep-konsep teoritis lainnya seperti permainan bahasa, politik, posisionalitas, formasi sosial dan sebagainya yang semua itu digunakan dalam kajian budaya untuk menjelajahi dan mengintervensi dunia sosial.
Kajian budaya juga mengambil pelajaran dari kapitalisme pada keberhasilan kapitalisme, transformasi, dan ekspansinya yang diraih atas kemenangannya dalam pertarungan kesadaran dalam ranah kebudayaan. Sementara strukturalisme dan kulturalisme dipakai dalam kajian budaya untuk meneropong pertanyaan-pertanyaan mengenai budaya, ideologi, dan hegemoni.
Pada pasca strukturalisme kajian budaya menganut idenya mengenai makna yang bersifat labil selalu berproses, bersifat intertekstualitas, tidak terbatas pada makna atau teks tertentu. Dan menentang adanya struktur dalam membentuk sebuah makna sebagaimana diyakini kaum strukturalisme. Selain ide-ide filosofis itu Barker juga memaparkan adanya perubahan dan perkembangan konteks dalam kajian budaya, terutama perkembangan pandangan manusia, masyarakat dan dunia sosial dari dunia modern menuju postmodern.

Meskipun kajian budaya tidak menerima legitimasi secara institusional atau bahkan menolak adanya pendisiplinan. Kajian budaya merupakan kajian yang menarik dan menantang terutama dalam memahami dunia yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan akal budi manusia.

Pendidikan Antar Budaya Yang Komprehensif
            Pendidikan antar budaya yang komprehensif dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:
1.    Mengenal, memahami, melaksanakan dan memegang teguh budaya sendiri.
Sebelum mengenal dan mengetaui budaya lain, sudah seharusnya kita mengetahui budaya diri sendiri. Hal ini diperlukan agar kita tidak tercabut dari budaya sendiri, dan kemudian tenggelam dalam arus budaya lain. Dengan memegang teguh budaya sendiri maka identitas kita dalam pergaulan antara budaya akan tampak dan terciri, kita tidak akan terombang-ambing mengikuti arus budaya lain karena telah mempunyai budaya sendiri.
2.    Mengenal, mengetahui dan mempelajari budaya lain yang bersinggungan dengan budaya kita.
Pengetahuan akan budaya lain yang bersinggungan dengan budaya kita mutlak diperlukan agar kita mampu menentukan sikap dan mengetahui cara menghadapi budaya lain tersebut. Dengan mempelajari budaya lain kita mengetahui latar belakang munculnya budaya tersebut.
3.    Memberikan kesadaran untuk dapat menerima dan memberikan rasa hormat terhadap budaya lain tersebut.
Penerimaan dan pemberian rasa hormat kepada budaya lain harus dilakukan apabila kita ingin orang lain juga menerima dan memberikan rasa hormat terhadap budaya kita.
4.    Memberikan penghargaan terhadap budaya lain tersebut
Dengan kita memberikan penghargaan terhadap budaya lain maka orang lain juga akan menghargai budaya kita, sehingga pergaulan kita terhadap orang dari budaya lain tersebut dalam konteks yang sejajar dan saling menghargai.
5.    Memilih dan menseleksi budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita.
Penerimaan, penghargaan terhadap budaya asing tentunya dilakukan dengan tetap kita mempertahankan budaya sendiri. Apabila terdapa budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita, maka diperlukan proses filterisasi budaya sehingga budaya kita tidak terusak oleh budaya lain tersebut.
6.    Mengajarkan untuk bisa berperilaku secara multibudaya dengan tanpa meninggalkan budaya sendiri

Untuk dapat bergaul secara baik dengan orang dari budaya lain, kita perlu dan harus bisa berperilaku dalam berbagai budaya/multibudaya. Maksud dan tujuan kita akan lebih cepat dipahami oleh orang lain jika kita mampu memahami budaya orang tersebut dan bisa juga berperilaku menyesuaikan dengan budaya mereka. Hal tersebut tentunya dengan tetap berpegang teguh terhadap budaya diri sendiri. 

1 komentar:

  1. Casino Games: What are some of the casino games you'll learn at
    There are a 슈어 벳 먹튀 wide variety of bet365 casino games available to play at 태평양먹튀 casinos, and some of the most 먹튀 popular are slots, blackjack, roulette, 룰렛사이트 and video poker. What's

    BalasHapus